Sabtu, 06 April 2013

SARIAWAN

Mas Jono, demikian aku biasa memanggil Mas Sarjono, teman satu bagian di perusahaan Gobal Gabul tempatku bekerja dulu, dia penderita sariawan yang nyaris abadi.

Tak pernah bosan aku dan teman-temanku meledeknya. Pasalnya, tiap bulan Mas Jono selalu kejatuhan musibah sariawan, bukan sariawan yg cuma sekutil, tapi lebar-lebar  sampai-sampai kami ikut nyengir membayangkan sakitnya ketika Mas Jono mulutnya mendesis-desisi menahan perih.

Berbagai macam vitamin C telah dicobanya, telah berobat mulai dari shinse hingga dokter internist. Sariawan itu hanya hilang sekejap lalu datang lagi. Sepertinya Si Sariawan ini kecewa jika tiap bulan tak mampir ke rongga mulut Mas Jono.

Usaha penyembuhan berakhir dengan keputusasaan. Akhirnya Mas Jono rajin menyediakan sebotol albotil di sudut meja kerjanya. Hanya obat itulah satu-satunya yang ia pertahankan untuk mengobati sariawannya.

Tanpa sepengetahuan Mas Jono, aku dan teman-temanku membuat catatan, kapan sariawan itu bertamu dan kapan perginya. Hasilnya, sariawan itu bertamu antara tanggal 17 sampai dengan 23 setiap bulannya, dan mulai membaik setelah tanggal itu. Tawaku dan teman-teman tentu saja meledak. Bagaimana tidak?. Tanggal sariawan itu kan tanggal detik-detik uang Mas Jono menipis alias tanggal tua, tanggal gajian adalah tanggal 25, sebab Mas Jono penganut aliran suka foya-foya di tanggal muda dan sengsara di tanggal tua. Kesimpulannya Mas Jono sariawan karena tak ada lagi uang di kantongnya.

Kini kami bukan kasihan lagi, malah ledekan kami semakin meriah. Sariawan belum datang pun kami sudah menanyakannya. "Belum datang sariawannya Mas?", begitu celetukan salah satu dari kami. "Berarti masih banyak uang nih!",  teman lain menggodanya.

Karena berbulan-bulan diledek setelah ketahuan penyebab sariawannya, Mas Jono tak pernah mengeluh sariawan lagi, di mejanya pun tak ada lagi sebotol albotil. Bahkan kami pernah dibuat terperangah ketika tanggal 23 Mas Jono membawakan kami sekotak kue carabikan. Tentu saja Mas Jono memberikannya sambil cengar-cengir. Rupa-rupanya Mas Jono sudah pindah aliran, bukan penganut aliran foya-foya di tanggal muda dan sengsara di tanggal tua lagi, mungkin sealiran dengan kami yang tak suka sengsara kapanpun.

Dan ledekan kami terakhir adalah meletakkan ketikan petikan lirik lagunya M Gesang dalam bahasa Jawa, yang disandarkan pada kotak tempat menaruh alat tulis.

Ditambakna mrana mrene
Tiwas-tiwas ndedawa larane
Nanging tamba sejatine
Ora liya mung awake dhewe.

(Berobat kesana kemari
Malah semakin memperparah sakitnya
Tetapi obat sejati
Tak lain adalah dirinya sendiri).


Mgl, 6 April 2013.